Meraih Dunia Tidak Terlarang, Tapi Waspadailah Jebakannya


Rasanya ingin menangis tersedu-sedu membaca Ayat ini:

 مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ . أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ


“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (QS. Huud: 15-16)

Makin tidak tahan untuk nangis rasanya jika Ayat di atas digabung lagi dengan Ayat berikut:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرّاً ثُمَّ يَكُونُ حُطَاماً وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ 

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. Al-Hadiid: 20)

Dalam beberapa kitab tafsir yang saya baca tidak satupun yang menyatakan bahwa ayat di atas melarang kita untuk maraih dunia. Titik krusialnya terletak pada orientasi nilai yang dibangun; jika orientasi nilai yang dibangun berada dalam koridor ukhrawi, maka dunia akan mengikuti; tapi jika orientasi nilai yang dibangun terperangkap dalam koridor duniawi, maka hanya dunia saja yang diperoleh, itupun kalau “beruntung”.

Dengan “anatomi topografi” dunia seperti di atas, maka hingga saat ini saya meyakini kebenaran sebuah formulasi sikap yang menyatakan: raihlah dunia di jalan yang menuju Ridha-Nya; jangan raih dunia di jalan yang menuju murka-Nya. Formulasi tersebut semakna dengan ungkapan: celupkan dirimu secara total dalam telaga makrifat-Nya, tambatkan hatimu sepenuhnya pada akhirat, dan geletakkan dunia dalam genggamanmu. Ungkapan seperti ini selalu mengingatkan saya pada periode emas kejayaan Islam, dimana peradaban dunia kala itu benar-benar terang benderang di bawah cahaya kebenaran. Dan, saya yakin, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, Islam akan kembali tampil memimpin peradaban dunia bermandikan cahaya; sebuah peradaban yang menuntun kehidupan menuju kemajuan, kebahagiaan dan keselamatan yang hakiki.

Dunia, sekuat apapun tipuannya, pastikan kita tidak tertipu. Pastikan kita menguasainya. Jika tidak, dunia yang akan menguasai kita. Pastikan dalam hidup ini kita menjadi pemenang. Pemenang sejati !!! Bukan pemenang palsu!!!

Untuk semua itu, maka saya kunci catatan kecil ini dengan sebuah Ungkapan Bijak: “Jika dunia dan akhirat berkumpul dalam satu hati, maka masing-masing akan saling mengalahkan yang lainnya. Siapapun yang kalah, ia akan ikut dan tunduk kepada pemenangnya”, demikian ungkapan Sayyar Abu Hakam dalam kitab Dzam ad-Dunya.

Akhirnya, inilah Ayat yang membuat air mata tumpah:

وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُواْ دِينَهُمْ لَعِباً وَلَهْواً وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَن تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِن دُونِ اللّهِ وَلِيٌّ وَلاَ شَفِيعٌ وَإِن تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لاَّ يُؤْخَذْ مِنْهَا أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُواْ بِمَا كَسَبُواْ لَهُمْ شَرَابٌ مِّنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُواْ يَكْفُرُونَ

“Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda-gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al Qur'an itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak (pula) pemberi syafa`at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, disebabkan perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu” (QS. Al-An’aam: 70). La Ode Ahmad

0 Response to "Meraih Dunia Tidak Terlarang, Tapi Waspadailah Jebakannya"

Post a Comment