Inilah Falsafah Hidup Para Pemenang


فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ
وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ
"Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap" (QS. Alam-Nasyrah: 7-8)

Dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Di Bawah Naungan Al-Qur’an), Sayyid Quthb memaknai ayat di atas sebagai sarana ikhtiar menuju sebab-sebab terbukanya pintu-pintu kemudahan dan kelapangan hidup. Sangat mudah dipahami, mengingat dua ayat sebelum ayat-ayat di atas berbicara tentang penegasan kuat dari Allah SWT bahwa “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Alam-Nasyrah: 5-6):

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرا

Saya tidak bermaksud untuk menafsirkan Ayat, karena disiplin tafsir berada di luar kompetensi keilmuan saya. Saya hanya ingin mengatakan bahwa hari-hari ini Bangsa Indonesia sedang diuji dengan berbagai kesulitan. Sebutlah misalnya, nilai Rupiah terhadap Dolar yang begitu melemah dengan sejumlah konsekuensi atau implikasi yang menyertainya. Di tengah situasi seperti ini, pemerintah mencoba memperkenalkan sebuah tema besar “Ayo Kerja”. Sampai dititik ini saya melihat ada korelasi tematik yang sepadan antara kandungan ayat-ayat di atas dengan realita terkini bangsa kita, khususnya ketika berbagai kesulitan itu dipertautkan dengan tema “Ayo Kerja”.

Kesulitan yang sedang kita hadapi saat ini, baik itu dalam konteks bangsa maupun pribadi, seyogyanya dipandang sebagai bagian dari dinamika kehidupan yang lumrah saja; kesulitan itu bukan untuk bahan politisasi; bukan untuk bahan saling menghujat; bukan untuk bahan saling menjatuhkan; bukan untuk bahan-bahan pelemah kekuatan kolektif kita.

Apakah kemudian harus dikatakan bahwa saya pendukung Jokowi?

Oh, mohon maaf. Mau Jokowi kek, mau Prabowo kek, mau yang lainnya kek, saya tidak pernah peduli dengan urusan dukung mendukung person. Sekali lagi, saya tidak mau terlibat (atau tidak mau dilibatkan) dalam perkara dukung-mendukung person. Setelah insan idola saya hanya Rasulullah Muhammad SAW, maka dari manapun, atau dari siapapun, kebenaran muncul, maka itulah dukungan saya. Jika di luar kebenaran, ada kebatilan yang dimunculkan, maka saya akan berusaha menjadi bagian dari barisan orang-orang yang menghalau kebatilan itu, siapapun yang memunculkannya.

Terhadap Jokowi, Prabowo, atau yang lainnya, insya Allah saya masih tetap pada prinsip awal, apapun yang baik dari mereka saya akan ambil, dan apapun yang buruk dari mereka saya akan buang. Saya akan buang ke dalam keranjang sampah sejarah. Inilah “mazhab politik” saya yang sesungguhnya.

Maka, kembali ke substansi Ayat Al-Qur’an yang saya kutip di atas, izinkan saya menarik sebuh saripati makna bahwa kontinuitas kerja yang penuh kesungguhan disertai tawakkal hanya kepada Allah saja, adalah bagian inheren dari kunci pembuka pintu menuju kemenangan hidup. Jangan pernah membayangkan hidup di dunia tanpa kesulitan. Jangan pernah membayangkan hidup di dunia tanpa ujian. Justru kesulitan atau ujian itulah yang mematangkan dan melambungkan kepribadian kita. Ingat, pelaut ulung tak pernah lahir dari laut yang tenang.

Cukuplah saya tutup catatan singkat saya ini dengan kata-kata Edwin Louis Cole, bahwa “The winners are not those who never fail but those who never quit”, bahwa para pemenang bukanlah mereka yang tidak pernah gagal, tetapi mereka yang tidak pernah menyerah. Kalau boleh saya bumbui dengan kata-kata saya, para pemenang bukanlah mereka yang tidak pernah menghadapi kesulitan, karena kesulitan sejatinya adalah test kelayakan mereka untuk menjadi pemenang. Tanpa kesulitan atau ujian, apa yang perlu kita menangkan??? Wallahua’lam. (La Ode Ahmad)

0 Response to "Inilah Falsafah Hidup Para Pemenang"

Post a Comment